1.
Pengertian
Etika
Ilmu
yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia. Pendapat saya tentang Etika, Etika adalah sikap
kritis setiap pribadi dan kelompok masyarakat dalam merealisasikan moralitas
itu. Karena Etika adalah refleksi kritis terhadap moralitas, maka etika tidak
bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas begitu saja. Etika
memang pada akhirnya menghimbau orang untuk bertindak sesuai dengan moralitas,
tetapi bukan karena tindakan itu diperintahkan oleh moralitas (nenek moyang,
orang tua, guru), melainkan karena ia sendiri tahu bahwa hal itu memang baik
baginya.
sumber : http://ste84fredy.blog.com
2. Etika Dalam Kehidupan Sehari
– hari
Sebagai makhluk sosial
kita tidak bisa lepas tanpa kehadiran orang lain setiap tindakan kita sekecil
apa pun pasti butuh bantuan orang lain contohnya saat kita tersenyum kita tak
bisa tersenyum tanpa bantuan orang lain kita bisa saja tersenym sendiri tapi
jangan salahkan orang lain bila di anggap kita gila.Dalam kehidupan
bermasarakat kita bergaul dengan berbagai pribadi yang berbeda dari bermacam
suku agama dan keyakinan dan semua itu kita butuh etika atau aturan dalam
pergaulan sehari. Berikut beberapa etika dalam kehidupan sehari hari yang saya ambil
dari kotasantri.com.
·
- Berbicara
- Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan.
- Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras, dan tidak pula terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami
- Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna bagimu.
- Janganlah kamu membicarakan semua apa yang kamu dengar.
- Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun kamu berada di fihak yang benar dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda
- Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa.
- Menghindari perkataan jorok (keji).
- Menghindari sikap memaksakan diri dan banyak bicara di dalam berbicara.
- Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba.
- Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya.
- Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara
- Menghindari perkataan kasar, keras, dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
- Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok, dan memandang rendah orang yang berbicara.
- Bercanda
- Hendaknya percandaan tidak mengandung nama Tuhan.
- Hendaknya percandaan itu adalah benar tidak mengandung dusta.
- Hendaknya percandaan tidak mengandung unsur menyakiti perasaan salah seorang di antara manusia.
- Bercanda tidak boleh dilakukan terhadap orang yang lebih tua darimu, atau terhadap orang yang tidak bisa bercanda atau tidak dapat menerimanya.
- Bergaul dengan Orang Lain
- Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.
- Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka,masing-masing menurut apa yang sepantasnya
- Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai
- Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka.
- Bersikap tawadhu’lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka
- Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain.
- Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka
- Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.
- Mema’afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan-kesalahannya, dan tahanlah rasa ,benci terhadap mereka
- Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantah-membantah dengan mereka.
- Bertetangga
- Menghormati tetangga dan berprilaku baik terhadap mereka
- Bangunan yang kita bangun jangan mengganggu tetangga kita, tidak membuat mereka tertutup dari sinar matahari atau udara, dan kita tidak boleh melampaui batasnya, apakah merusak atau mengubah miliknya, karena hal tersebut menyakiti perasaannya
- Tidak melakukan suatu kegaduhan yang mengganggu mereka, seperti suara radio atau TV, atau mengganggu mereka dengan melempari halaman mereka dengan kotoran, atau menutup jalan bagi mereka.
- Jangan kikir untuk memberikan nasihat dan saran kepada mereka, dan seharusnya kita ajak mereka berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dengan bijaksana (hikmah) dan nasihat baik tanpa maksud menjatuhkan atau menjelek-jelekkan mereka.
- Hendaknya kita memelihara hak-haknya di saat mereka tidak di rumah. Kita jaga harta dan kehormatan mereka dari tangan-tangan orang jahil; dan hendaknya kita ulurkan tangan bantuan dan pertolongan kepada mereka yang membutuhkan, serta memalingkan mata kita dari wanita mereka dan merahasiakan aib mereka.
- Hendaknya kita selalu memberikan makanan kepada tetangga kita.
- Hendaknya kita turut bersuka cita di dalam kebahagiaan mereka dan berduka cita di dalam duka mereka; kita jenguk bila ia sakit, kita tanyakan apabila ia tidak ada, bersikap baik bila menjumpainya; dan hendaknya kita undang untuk datang ke rumah.
- Hendaknya kita tidak mencari-cari kesalahan/kekeliruan mereka dan jangan pula bahagia bila mereka keliru, bahkan seharusnya kita tidak memandang kekeliruan dan kealpaan mereka.
- Hendaknya kita sabar atas prilaku kurang baik mereka terhadap kita.
Etika Dalam Berbisnis
Etika
dalam berbisnis mempunyai arti dasar dari pengembangan dan pengaplikasian etika
itu sendiri dalam kehidupan berbisnis, baik itu perdagangan, proyek dan semua
yang berkaitan dengan pekerjaan dan komunikasi dua arah. Dalam kehidupan
berbisnis banyak dijumpai norma-norma yang didalamnya dapat dijadikan aturan
yang mencakup etika.
Contoh: Etika persaingan sehat: Di zaman
sekarang ini tidak ada yang tidak mempunyai persaingan, seperti teori di atas
maka itu diperlukan etika dalam berbisnis. Dalam hal ini, Masing-masing
kompetitor dalam berbisnis harus mematuhi norma-norma dalam bisnis. Kompetitor
hanya boleh sebatas berkompetisi dalam sisi harga, modifikasi produk dan tidak
melakukan plagiat produk karena itu melanggar etika persaingan sehat
·
Etika perusahaan: Harus ada
transparansi, akuntabilitas, independen
3. Pengertian Etika Teleologi dan Etika Deontologi
1. EtikaTeleologi
Etika Teleologi berasal dari ari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Etika Teleologi berasal dari ari kata Yunani, telos = tujuan, Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
– Egoisme Etis
– Utilitarianisme
·
Egoisme
Etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
·
Utilitarianisme
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : kewajiban untuk menepati janji
berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Contoh : kewajiban untuk menepati janji
2. Etika Deontologi
Deontologi
dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme.
Jika dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi,
maka dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama sekali moralitas dari
konsekuensi perbuatan. ”Deontologi” (
Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa
Yunani yaitu : deon yang artinya
adalah kewajiban. Dalam suatu
perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak
boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan
perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi
perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan
jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik, karena dalam Teori Deontologi
kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi karena ini merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui ucapan dan perbuatan.
Dewi
Listianingsih
(
15209885 ) / 4EA11
0 komentar:
Posting Komentar