Teori
Etika
Dua Teori Etika
1. Etika Deontologi Yaitu
Menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik
Tiga
prinsip yang harus dipenuhi:
ü Supaya
suatu tindakan punya nilai moral, tindakan itu harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
ü Nilai
moral dari tindakan itu tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan
itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk
melakukan tindakan itu-berarti kalaupun tujuannya tidak tercapai, tindakan itu
sudah di nilai baik.
ü Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip itu,
kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
sikap hormat pada hokum moral universal.
2. Etika Teleologi Yaitu mengukur baik buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau
berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Misalnya, mencuri bagi
etika teleologi tidak dinilai baik atau buruk berdasarkan baik buruknya
tindakan itu sendiri, melainkan oleh tujuan dan akibat dari tindakan itu.
Sumber : DR.
A. Sonny Keraf. 2006. Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius
Etika
secara Umum
Moral
Sony
Keraf ( 1991 ) : moralitas adalah system tentang bagaimana kita harus hidup
dengan baik sebagai manusia.
Frans
Magnis Suseno ( 1987 ) : etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran.
Moralitas
menekankan, “ inilah cara anda melakukan sesuatu”
Etika
lebih kepada, “mengapa untuk melakukan sesuatu itu harus menggunakan cara
tersebut ?
·
Etika & Moral
Secara
etimologi etika dapat disamakan dengan Moral. Moral berasal dari bahasa latin
“mos” yang berarti adapt kebiasaan.
Moral
lebih kepada rasa dan karsa manusia dalam melakukan segala hal di kehidupannya.
Jadi Moral lebih kepada dorongan untuk mentaati etika.
Mitos
bisnis amoral.
Mitos bisnis
amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa bisnis dan moralitas atau etika
tikda ada hubungannya sama sekali. Etika justru bertentangan dengan bisnis dan
akan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis yang ketat di zaman
globalisasi ini.
Mitos bisnis amoral yang, antara lain, digagas Richard T. De George, merupakan
ungkapan keyakinan bahwa bisnis dan moralitas atau etika tidak punya hubungan
sama sekali. Istilah "amoral" itu sendiri pertama-tama perlu
dibedakan dengan "immoral". Amoral berarti tindakan yang tidak punya
sangkut paut dengan moralitas. Jadi, bersifat netral. Tindakan yang amoral
tidak bisa dinilai dengan menggunakan ukuran moralitas, tidak bisa dinilai
salah atau benar, baik atau buruk secara moral. Sedangkan immoral berarti
tindakan yang melanggar atau bertentangan dengan moralitas, sehingga
jelas-jelas salah dan patut dikutuk. Pemisahan bisnis dengan etika dan
moralitas pada dasarnya dilakukan karena bisnis dipahami semata-mata dari sudut
pandang ekonomi. Dari sudut pandang ini tujuan bisnis adalah mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Dan untuk mendapatkan keuntungan tersebut
berbagai cara dihalalkan begitu saja, asal dapat memenangkan persaingan dan
meraih keuntungan.Sekalipun mitos bisnis amoral dapat dipahami dengan berbagai
asumsi dan argumentasinya, namun hal itu semakin tidak bisa diterima oleh
masyarakat dewasa ini. Sebab sudut pandang ekonomi bukanlah sudut pandang
satu-satunya dalam memahami bisnis. Apalagi bila bisnis itu ingin disebut
sebagai bisnis yang baik, dalam arti ekonomi (baca: menguntungkan), sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku (baca: patuh hukum), dan tidak
mengakibatkan kerugian pada pihak lain (baca: sesuai etika dan moralitas),
sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang (baca: ratusan sampai ribuan
tahun).
Pemisahan bisnis di satu sisi dan etika di sisi lainnya juga harus ditolak
apabila bisnis ingin dikembangkan sebagai suatu profesi luhur di masa depan.
Untuk dapat dikembangkan menjadi sebuah profesi, bisnis perlu dilaksanakan
berdasarkan syarat-syarat umum sebuah profesi, yakni: pertama, adanya keahlian,
kompetensi, atau kemahiran dan keterampilan tingkat tinggi atau khusus dalam
melaksanakan kegiatan usahanya; kedua, adanya komitmen moral yang serius, dan
ketiga, dilakukan untuk mencari nafkah. Sebab profesi adalah pekerjaan yang
dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan
yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.
Argumen
Bisnis adalah suatu persaingan,sehingga pelaku bisnis harus berusaha dengan
segala cara dan upaya untuk bisa menang. Sehingga dalam dunia bisnis ini
kebanyakan pelaku bisnis melakukan tindakan tindakan yang di luar batas etika
atau moralitas untuk mendapatkan keuntungan. Dalam bisnis aturan yang dipakai
penuh dengan persaingan, sehingga tidak bisa dinilai dengan aturan moral dan
social. Dalam penerapannya eberapa perusahaan ternyata bis berhasil karena
memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis merupakan bagian
aktifitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma atau nilai yang dianggap
baik dan berlaku d masyarakat ikut dibawa serta dalam kegiatan bisnis.
Prinsip prinsip etika
bisnis
- Prinsip
Otonomi : ialah prinsip untuk mengambil keputusan atau
tindakan atas kesadaran yang dianggap baik. Dalam prinsip ini setiap individual
diharapkan mampu memilih antara baik dan buruk suatu keputusan yang akan
diambil, disini setiap individual harus berpikir matang matang dalam mengambil
keputusan, karena keputusan tersebut berkaitan dengan kelanjutan perusahaan
yang akan dijalankan.
- Prinsip
Kejujuran : kejujuran dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dengan kontrak, kejujuran dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu
dan harga sebanding, kejujuran dalam hubungan kerja intern intern dalam suati
perusahan. Kejujuran terkait erat dengan kepercayaan, yang merupakan asset
sangat berharga dalam kegiatan bisnis. Pada prinsip ini diharapkan setiap
elemen individual dalam pelaku bisnis sangat diharapkan dlam bersikap jujur
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya baik di lingkungan intern perusahaan dan
lingkungan ekstern perusahaan. Karena dengan kejujuran ini orang lain atau
mitra mitra bisnis dapat menilai standar atau mutu perusahaan tersebut yang
diajak kerjasama dlam memperoleh keuntungan.
- Prinsip
keadilan : menuntu agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai dengan criteria yang rasional
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip ini komutatif berupa no harm
yang merupakan prinsip paling pokk dalam bisnis, karena dalam prinsip ini sudah
terkandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Dalam prinsip ini para elemen
individual pelaku bisnis diharapkan menjujung tinggi nilai keadilan tanpa
pandang bulu, prinsip keadilan berfungsi untuk mencegah kecemburan social
dilingkungan perusahaan yang kana mengakibatkan jalannya perusahaan tersebut
sangat tidak sehat.
- Prinsip
saling menguntungkan : Prinsip ini menuntut agar bisnis
dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak. Dalam bisnis
yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar persaingan bisnis haruslah
melahirkan suatu win-win solution. Pada prinsip ini sangat dibutuhkan kerjasama
yang baik antara para pelaku bisnis, diperlukan kematangan dalam mengambil
suatu keputusan dan sikap saling terbuka
- Prinsip
integritas moral : prinsip ini dihayati sebagai tuntutan
internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik persahaan. Dan merupakan
tuntutan dan dorongan dari dalam diri perilaku dan perusahaan untuk menjadi
yang terbaik dan dibanggakan. Pada prinsip ini diharapkan pada setiap elemen
individual agar dapat menjaga citra perusahaan dan berusaha lebih baik lagi
dalam bekerja demi mengharumkan citra perusahaan.
Sebutkan Kriteria dan
prinsip etika utilitarianisme, sebutkan pula nilai positif dan kelemahannya.
A.Kriteria dan Prinsip Utilitarianisme
Ada tiga kriteria
objektif dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai kebijaksanaan
atau tindakan.
a.Manfaat : bahwa
kebijkaan atau tindakan tertentu dapat mandatangkan manfaat atau kegunaan
tertentu.
b.Manfaat terbesar : sama halnya seperti yang di atas, mendatangkan manfaat
yang lebih besar dalam situasi yang lebih besar. Tujuannya meminimisasikan
kerugian sekecil mungkin.
c.Pertanyaan mengenai menfaat : manfatnya untuk siapa? Saya, dia, mereka atau
kita.
Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah
manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang.
Dengan kata lain,
kebijakan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut
Utilitarianisme adalah kebijakan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar
bagi sebanyak mungkin orang atau tindakan yang memberika kerugian bagi sekecil
orang / kelompok tertentu.
Atas dasar ketiga Kriteria tersebut, etika Utilitarianisme memiliki tiga
pegangan yaitu :
1.Tindakan yang baik
dan tepat secara moral
2.Tindakan yang
bermanfaat besar
3.Manfaat yang paling
besar untuk paling banyak orang.
Dari ketiga prinsip di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
“ bertindaklah sedemikian rupa, sehingga tindakan itu mendatangkan keuntungan
sebesar mungkin bagi sebanyak orang mungkin”.
Nilai positif etika
ultilitarinisme
etika ultilitarinisme
tidak memaksakn sesuatu yang asing pada kita. Etika ini justru
mensistematisasikan dan memformulasikan secara jelas apa yang menurut
penganutnya dilakukan oleh kita sehari–hari.
Etika ini sesungguhnya
mengambarkan apa yang sesungguhnya dilakukan oleh orang secara rasional dalam
mengambil keputusan dalam hidup, khususnya dalam haal morl dn juga bisnis.
Nilai positif etika ultilitarinisme adalah
a.Rasionlitasnya.
Prinsip moral yang diajukan oleh etika ultilitarinisme tidak didasarakan pada
aturan – aturan kaku yang mungkin tidak kita pahami.
b.Universalitas. Mengutamakan manfaat atau akibat baik dari suatu tindakan bagi
banyak orang yang melakukan tindakan itu.
Dasar pemikirannya adalah bahwa kepentingan orang sama bobotnya. Artinya yang
baik bagi saya, yang baik juga bagi orang lain.
Will Kymlicka, menegaskan bahwa etika ultilitarinisme mempunyai 2 daya tarik
yaitu :
a.etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi moral semua manusia bahwa
kesejahterahan manusi adalah yang paling pokok bagi etika dan moralitas
b.etika ultilitarinisme sejalan dengan instuisi kita bahwa semua kaidah moral
dan tujuan tindakan manusia harus dipertimbangkan, dinilai dn diuji berdsarkan
akibatnya bagi kesejahterahan manusia.
Etika ultilitarinisme sebagai proses dan standar penilaian
etika ultilitarinisme juga dipakai sebagai standar penilaian bagi tindakan atau
kebijakan yang telah dilakukan. Keriteria – keriteria di atas dipakai sebagai
penilai untuk mengetahui apakah tindakan atau kebijakan itu baik atau tidk
untuk dijalankan. Yang paling pokok adalah tindakan atau kebijakan yng telah
terjadi berdasarkan akibat dan konsekuensinya yaitu sejauh mana ia menghasilkan
hasil terbaik bagi banyak orang.
Sebagai penilaian atas tindakan atau kebijakasanaan yang sudah terjadi,
criteria etika ultilitarinisme dapat juga sekligus berfungsi sebagai sasaran
atau tujuan ketika kebijaksanaan atau program tertentu yng telah dijalankan itu
akan direvisi.
Analisis keuntungan dan kerugian
etika ultilitarinisme
sangat cocok dipakai untuk membuat perencanaan dan evaluasi bagi tindakan atau
kebijakan yang berkaitan dengan orang banyak. Dipakai secara sadar atau tidaak
sadar dalam bidang ekonomi, social, politik yang menyangkut kepentinagan orang
banyak.
Kelemahan etika ultilitarinisme
a.Manfaat merupakan
sebuah konsep yang begitu luas sehingga dalam praktiknya malah menimbulkan
kesulitan yang tidak sedikit. Kaarena manfaat manusia berbeda yang 1 dengan
yanag lainnya.
b.Persoalan klasik yang lebih filosofis adalag bahwa etika ultilitarinisme
tidak pernaah menganggap serius suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya
memperhatikan nilai dari suatu tindakan sejauh kaitan dengan akibatnya.
Padahal, sangat mungkin terjadi suatu tindaakan pada dasarnya tidak baik,
tetapi ternyata mendatangkan keuntungan atau manfaat
c.etika ultilitarinisme tidk pernah menganggap serius kemauan atau motivasi
baik seseorang
d.variable yang dinilai tidaak semuanya bisa dikuantifikasi. Karena itu sulit
mengukur dan
membandingkan
keuntungan dan kerugian hanya berdasarkan variable yang ada.
e.Kesulitan dalam menentukan prioritas mana yang paling diutamakan.
f.Bahwa etika ultilitarinisme membenarkan hak kelompok minoritas tertentu
dikorbankan demi kepentingn mayoritas. Yang artinya etika ultilitarinisme
membenarkan penindasan dan ketidakadilan demi manfaat yang lebih bagi
sekelompok orang.
Kelompok Stakeholder
Stakeholder adalah siapa saja yang berkepentingan
atau terkena dampak atas suatu proyek/program, di mana informasi dan peran
aktif mereka sangatdiperlukan termasuk dalam menjalankan fungsi kontrol atas
pelaksanaan proyek/program tersebut
Stakeholders ini secara umum bisa di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
yang di dalam perusahaan atau di sebut internal stakehoders dan yang berada di
luar perusahaan yang di sebut external stakeholders
Yang termasuk steakholder internal antara lain :
1. Pemegang saham
2. Manajemen dan Top Executive
3. Karyawan
4. Keluarga Karyawan
Yang termasuk steakholder external :
1. Komsumen
2. Penyalur
3. Pemasok
4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. Pers
Sebutkan syarat bagi tanggung jawab moral, status
perusahaan, serta argument yang mendukung dan menentang perlunya keterlibatan
sosial perusahaan.
Syarat bagi Tanggung Jawab Moral
•Tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional
•Bebas dari tekanan, ancaman, paksaan atau apapun
namanya
•Orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau
melakukan tindakan itu
Status Perusahaan terdapat dua pandangan
(Richard T. De George, Business Ethics, hlm.153), yaitu:
• Legal-creator, perusahaan sepenuhnya ciptaan hukum, karena itu ada hanya
berdasarkan hukum
•Legal-recognition, suatu usaha bebas dan produktif
.
•Tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh
mana perusahaan itu berhasil
mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya (Milton Friedman,The Social
Responsibilities of Business to Increase Its Profits, New York Times
Magazine,13-09-1970) Ini hanyalah bentuk tanggung jawab legal.
Lingkup Tanggung jawab Sosial
• Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial yang
berguna bagi kepentingan masyarakat luas
• Keuntungan ekonomis Argumen yang Menentang Perlunya Keterlibatan Sosial
Perusahaan
• Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya
• Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang
membingungkan
•Biaya Keterlibatan Sosial
•Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial
Argumen yang Mendukung Perlunya Keterlibatan Sosial
Perusahaan
•Kebutuhan dan Harapan Masyarakat yang Semakin
Berubah
•Terbatasnya Sumber Daya Alam
• Lingkungan Sosial yang Lebih Baik
• Perimbangan Tanggung Jawab dan Kekuasaan
• Bisnis Mempunyai Sumber Daya yang Berguna
• Keuntungan Jangka Panjang
Dewi Listianingsih ( 15209885 )
4EA11